Kecamatan Suti Semarang Perlu Perhatian Khusus
Bengkayang-BERKAT
Sudah 11 tahun Bengkayang menjadi kabupaten. Namun, Kecamatan Suti Semarang masih belum mencicipi pembangunan. Masih banyak kekurangan sarana dan prasarana di kecamatan ini. Kantor Camat Suti Semarang masih gunakan mesin tik, untuk menggunakan komputer harus pada malam hari saja.
Yohanhes Atet, Camat Suti Semarang mengatakan, luas wilayah kerjanya sebesar 280, 84 kilometer persegi atau sekitar 5,20 persen dari luas Kabupaten Bengkayang. Jumlah penduduk yang ada tercatat pada akhir tahun 2006 sebanyak 4.339 jiwa dengan 978 kepala keluarga.
“Jika dilihat luas wilayah, desa yang paling luas adalah Desa Muhi Bersatu dan yang paling kecil Desa Kelayu. Yang memiliki tingkat kepadatan penduduk paling tinggi ialah Desa Kelayu dengan tingkat kepadatan sebesar 47 jiwa per km persegi. Sedangkan terendah Desa Muhi Bersatu 7 jiwa per Km Persegi,” terang Atet, Selasa (15/6).
Kecamatan Suti Semarang membawahi delapan desa dan 12 dusun. Yakni Desa Nangka, Muhi Bersatu, Cempaka Putih, Suka Maju, Kiung, Suti Semarang, Tapen, dan Kelayu. Fasilitas pendidikan yang ada di kecamatan ini masih sangat kurang memadai. Mengingat desa yang ada cukup terisolir, pembangunan sarana pendidikan yang ada juga menjadi terhambat, selain itu tenanga guru yang ada juga dinilai masih sangat kurang.
Tambah Atet, untuk fasilitas kesehatan yang ada hanya satu puskesmas, dua puskesmas pembantu, dan dua polindes. Tenaganya belum ada dokter yang ditempatkan dan yang ada hanya perawat.
“Perlunya penambahan fasilitas dan tenaga kesehatan yang ada guna peningkatan kualitas kesehatan masyarakat kecamatan ini. Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah di sektor pertanian. Yakni tanaman pangan dan perkebunan. Usaha masyarakat disektor pertanian ini hanya sebatas untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Hal ini terjadi karena sulitnya untuk menjual hasil pertanian jika panen. Mengingat jarak yang harus ditempuh sangat jauh dan belum ada alat transportasi yang dapat digunakan. Sebagaian besar warga disini masih dibelenggu oleh masalah kemiskinan.
“Angka kemiskinan yang ada tercatat sebesar 60, 02 persen. Kemiskinan yang terjadi lebih diperparah dengan berbagai sarana yang belum memadai baik pendidikan, kesehatan, dan yang paling utama adalah sarana transportasi,” beber Atet.
Dilihat dari sarana sanitasi masyarakat, sebagaian besar masyarakat belum menggunakan MCK dan sumber air minum yang digunakan belum cukup higenis mengingat air yang digunakan untuk minum adalah air hujan, sungai, dan mata air yang belum disterilisasi.
Adapun sarana transportasi yang digunakan untuk dapat ke desa-desa yang ada melalui jalan darat dengan cara jalan kaki dan kendaraan roda dua. Sebagian melalui jalur air dengan mengggunakan motor air. Sulitnya akses ke desa-desa menyebabkan sangat terbelakangnya masyarakat kecamatan ini.
“Kecamatan ini dianggap daerah yang cukup sulit diakses di Kabupaten Bengkayang. Sarana yang tidak tersedia menyebabkan waktu tempuh yang dibutuhkan akan sangat lama apabila kondisi jalan yang merupakan jalan setapak menyebabkan bertambahnya kesulitan transportasi yang dihadapi,” ungkapnya.
Sedangkan fasilitas listrik khususnya listrik PLN juga baru diakses oleh dua desa yakni Cempaka Putih dan Suti Semarang sedangkan sisanya hanya yang cukup mampu saja dapat menikmati listrik yang dihasilkan oleh mesin pembangkit listrik rumah tangga. Kantor Camat saja tidak ada listrik dari PLN. Sehingga untuk mengetik surat menyurat masih dengan mesin tik,” ujarnya.
Kami dapat menggunakan listrik apabila kerja lembur, yakni pada waktu malam hari baru bisa menggunakan listrik. Komputer ada di kantor tetapi tidak dapat digunakan pada jam kerja. Hanya dapat dipakai waktu malam hari saja.
Atet juga mengungapkan, sarana sosial budaya yang ada belum cukup memadai. Hal ini terlihat dari banyaknya sarana tempat ibadah yang ada. Namun untuk sarana olahraga yang dimiliki sudah lebih baik. (tni).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan aja